Total Pageviews

Wednesday 23 November 2016

kisah teladan "MUHANNAD dan SAMIR"


Oleh : Thariq bin Abdil Aziz Attamimi
Tersebutlah Muhannad, Seorang
pemuda, Anak saudagar emas berlian
yang kaya raya. Tentu ia punya teman
yang banyak, Dihormati dan dielu-
elukan oleh mereka karena "perekat"
yang kuat
Hari-hari berlalu dgn cepatnya,
Terjadilah perubahan drastis pada
kehidupan Muhannad. Ayahnya
meninggal hingga usaha berantakan
dan keluarganya jatuh miskin
Muhannad bukan anak orang kaya
yang lemah, Tak tinggal diam ia
berusaha bangkit dari keterpurukan.
Dibukanya lembaran masa lalu
mencari teman-teman lama yang
berhati nurani dan berbudi
Ingatlah Muhannad akan Samir, Teman
masa kecil yang sangat dekat dengan
dirinya. Samir kini seorang milyarder,
Pemilik berbagai asset perdagangan;
Tanah, Bangunan, Villa, Supermarket,
Dll
Pergilah Muhannad menemui Samir,
Berharap mendapat pekerjaan atau
solusi memperbaiki keadaan. Ketika
tiba di depan istana Samir, Ia disambut
pembantu & anak buahnya. Muhannad
memperkenalkan diri & memberitahu
hubungannya dengan Samir
Si ajudan segera menghadap sang
majikan. Tapi sayang, Samir
menghindar, Enggan menemui engan
teman masa kecilnya dan hanya
mengintip dari balik tirai gorden.
Tampak olehnya Muhannad yang
berbaju kumal, Lusuh, Jauh dari rapi
apalagi modis
"Katakan padanya tuan rumah sedang
sibuk, Tak bisa bertemu siapa pun
hari ini"
Perintah Samir pada ajudan
Akhirnya Muhannad keluar dari istana
itu dengan hati remuk dan harapan
yang pupus. Batinnya menjerit
"Bagaimana mungkin hari-hari indah
masa kecil, Menghilang tanpa bekas
dari ingatan sahabat karibku ? Bahkan
sekedar bertemu pun ia menghindar
sedemikian rupa & tak sudi. Jauhnya
dari kata "setia"
Batinnya meronta-ronta seolah
berkata
ﻣﺎ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﺣﻴﻦ ﺗﻌﺪﻫﻢ ﻭﻟﻜﻨﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺋﺒﺎﺕ ﻗﻠﻴﻞ
Betapa banyak teman bila engkau
menghitungnya
Akan tetapi di saat terjepit alangkah
sedikitnya
Lunglai Muhannad memutar punggung,
Sedang alam di sekitarnya seolah
berputar-putar hendak membanting
tubuhnya. Ia berjalan terus menusuri
gang-gang sempit menuju rumah
Begitu dekat dengan rumahnya, Ia
melihat 3 lelaki yang kebingungan
mencari sesuatu. Muhannad bertanya
dan diberitahu mereka sedang
mencari rumah si fulan yang ternyata
ayahnya sendiri
Muhannad memberitahu mereka
bahwa itu ayahnya, Dan beliau telah
wafat beberapa waktu lalu
Tampak penyesalan di wajah mereka
ketika bercerita tentang kebaikan
almarhum. Lalu mereka kabarkan ada
sisa barang dagangan yang
merupakan amanah ayahnya di tangan
mereka
Alangkah tercengangnya Muhannad
melihat sekotak penuh berisi emas,
Berlian, Intan & permata disodorkan
padanya
Saat dirinya hanya mengharap
beberapa lembar uang saja, Yang
datang malah segepok perhiasan
Muhannad langsung tersungkur, Sujud
syukur kepada Ilahi
Sejurus kemudian ia tersadar. Hari
paceklik begini siapa yang bakal jadi
pembeli emas berlian segitu
banyaknya ? Tempat tinggalnya pun di
kota kecil, Mana ada orang kaya yang
sanggup membelinya ?
Ia pun melangkah keluar rumah
setengah hati. Tapi tiba-tiba di jalan
ada wanita tua menyapanya dari
dalam mobil mewah
"Hai anak muda, Dimana tempat orang
jual perhiasan ?"
Dengan semangat Muhannad
menjawab
"Perhiasan apa ?"
Wanita itu menjawab
"Apa saja, Yang penting emas & batu
mulia, Sedap dipandang lagi enak
disandang ! Berapapun harganya akan
ku beli !"
Tanpa banyak syarat ataupun
komentar, Wanita itu memborong
sekian model perhiasan yang
ditawarkan & membayarnya cash.
Bahkan ia berjanji akan membelinya
lagi dari sang pemuda di lain waktu
Tak disangka tak di duga,
AlhamdulIllah Muhannad kemudian
mampu melalui hari-hari sulitnya,
Perdagangannya pun bernafas lega
alias lancar berputar cepat
Di sela-sela kesibukannya itu ia
teringat Samie, Teman lamanya yang
pura-pura lupa deng masa kecil indah
indah mereka dan tak
menghiraukannya
Muhannad lalu mengirim seorang
pegawainya membawa sepucuk surat
berisi dua bait syair
ﺻﺤﺒﺖ ﻗﻮﻣﺎ ﻟﺌﺎﻣﺎ ﻻ ﻭﻓﺎﺀ ﻟﻬﻢ ﻳﺪﻋﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻮﺭﻯ ﺑﺎﻟﻤﻜﺮ
ﻭﺍﻟﺤﻴﻞ
Aku telah berteman dengan kaum yang
menyebalkan tak kenal setia
Mereka berkeliaran di tengah manusia
dengan makar & tipudaya
ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﺠﻠﻮﻧﻨﻲ ﻣﺬ ﻛﻨﺖ ﺭﺏ ﻏﻨﻰ ﻭﺣﻴﻦ ﺃﻓﻠﺴﺖ ﻋﺪﻭﻧﻲ ﻣﻦ
ﺍﻟﺠﻬﻞ
Dulu mereka menghormatiku kala aku
kaya
Namun saat aku terpuruk, mereka
seolah tak mengenalku
Begitu surat itu tiba di alamat, Samir
langsung menuliskan jawaban diatas
kertas yang sama, Pegawai Muhannad
disuruh membawa balasan surat
tersebut
ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﻗﺪ ﻭﺍﻓﻮﻙ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻲ ﻭﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺳﺒﺒﺎ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻴﻞ
Tidakkah datang padamu tiga pemuda
utusanku ? Semua itu hanyalah
skenario dariku
ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺍﺑﺘﺎﻋﺖ ﺍﻟﻤﺮﺟﺎﻥ ﻭﺍﻟﺪﺗﻲ ﻭﺃﻧﺖ ﺃﻧﺖ ﺃﺧﻲ ﺑﻞ ﻣﻨﺘﻬﻰ
ﺃﻣﻠﻲ
Adapun wanita tua yang membeli
darimu itu ibuku
Engkau adalah saudaraku bahkan
harapan citaku
ﻭﻣﺎ ﻃﺮﺩﻧﺎﻙ ﻣﻦ ﺑﺨﻞ ﻭﻣﻦ ﻗﻠﻞ ﻟﻜﻦ ﻋﻠﻴﻚ ﺧﺸﻴﻨﺎ ﻭﻗﻔﺔ
ﺍﻟﺨﺠﻞ !
Kami tak mengusirmu karena kikir
ataupun papa
Tetapi khawatir membuatmu malu
dihadapanku
# TAMAT #
Al-Wafa' (setia) merupakan akhlak
mulya. Al-Qur'an memerintahkan pada
kita semua dalam banyak ayatnya.
Nabi Muhammad Shalllahu 'Alaihi wa
Sallam terkenal dengan sifat ini dan
beliau buktikan dalam berbagai
momen
1. Membantu kawan saat dibutuhkan
2. Cara membantu yang tidak
menjatuhkan apalagi menghina tetapi
justru mendidik (ini lebih penting!).
3. Meski terkikis, Namun orang yang
berkepribadian seperti Samir di akhir
zaman ini akan tetap ada seizin Allah
Ta'ala

sumber . https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1239221486121026&id=173123666064152&refid=17&ref=opera_speed_dial&_ft_=top_level_post_id.1239221486121026%3Atl_objid.1239221486121026%3Athid.173123666064152%3A306061129499414%3A2%3A0%3A1480579199%3A-6411868627510416258&__tn__=%2As

No comments:

Post a Comment